Tuesday, 18 March 2014

Breeding Clownfish

 Breeding Clownfish
1.   Pemilihan lokasi
Sebelum memulai usaha ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi antara lain:
a.   Dekat dengan sumber air dan bebas dari bahan pencemaran
b.   Luasan lokasi harus diperhitungkan demi pengembangan usaha
c.    Transportasi harus diperhitungkan baik akses maupun jarak tempuh
d.   Terjangkau oleh PLN
2.   Persiapan sarana dan prasarana
Setelah didapatkan lokasi yang tepat maka persiapan sarana dan perasarana harus disesuaikan dengan kebutuhan produksi
3.   Pemilihan calon induk
Sebelum dijadikan induk sebaiknya diperhitungkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
a.   Jenis
Clownfish terdapat beberapa spesies dan masing-masing spesies mempunyai daya tarik tersendiri akan tetapi dalam memilih calon induk sebaiknya memilih jenis yang laris di pasaran dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
b.   Ukuran
Apabila induk yang digunakan adalah hasil budidaya maka yang dipilih adalah yang terbesar dari generasinya sehingga dapat mewariskan pertumbuhan yang baik terhadap benih yang dihasilkan dan apabila dari hasil  tangkapan alam maka yang dipilih juga sebaiknya yang berukuran besar sehingga selain mempercepat proses produksi  juga dapat menghasilkan telur yang banyak.
c.    Corak dan warna
Salah satu keutamaan clownfish adalah dapat menghasilkan corak dan warna yang unik sehingga dapat memberikan nilai jual yang sangat tinggi oleh karena itu kita harus memilih induk yang mempunyai corak dan warna yang digemari oleh pasar seperti Picasso, platinum, sowflake dan jenis-jenis lainnya yang menarik.
d.   Pertumbuhan
Karena ikan ini memiliki jenis yang cukup banyak dan sulit dijelaskan satu-persatu tentang pertumbuhannya akan tetapi beberapa jenis clownfish memiliki pertumbuhan yang cepat seperti clarki yang dapat mencapai ukuran 5 cm setelah berumur 2 – 3 bulan dan ukuran ini sudah dapat dipasarkan.
4.   Perjodohan
Menurut pengamatan, cara terbaik untuk melakukan perjodohan adalah menempatkan satu pasang ikan kedalam satu wadah/akuarium dengan catatan  memilih induk betina yang lebih besar dan memilih induk jantan sekitar ¾ dari ukuran  betina (ukuran jantan lebih kecil dari betina) kemudian ditempatkan bersama-sama  dalam satu wadah yang sudah dilengkapi selter  yang akan dijadikan sarang dan  sebaiknya dilengkapi dengan anemone yang merupakan habitatnya. apabila tidak  terjadi kecocokan maka salah satu induk diganti. metode ini juga dapat dilakukan  untuk perkawinan silang (hybrid).
5.   Penanganan induk
a. Untuk mempercepat proses kematangan gonad sebaiknya dilakukan pemberian pakan minimal 3 kali sehari dengan pakan yang berkualitas serta diselingi dengan pakan alami seperti artemia dewasa dan cacing renik, dengan pemberian pakan yang baik induk dapat menghasilkan telur yang banyak dan berkualitas.
b.  Setiap hari dilakukan penyiponan kotoran yang ada pada dasar wadah dan penbersihan wadah dari kotoran yang menempel dilakukan seminggu sekali atau sesuai kondisi lingkungan.
c.  Pengontrolon kondisi induk dan pencegahan terhadap serangan penyakit dilakukan dengan cara perendaman air tawar selama 5 – 10 menit dan dilakukan  seminggu atau 2 minggu sekali.
6.   Pemijahan
Pemijahan biasanya terjadi pada siang hari atau sore hari ditandai dengan keagresifan induk membersihkan sarangnya dan tanda yang lain dapat terlihat dari induk betina pada bagian dubur atau saluran telur yang menonjol keluar. Pada saat pemijahan terlihat induk betina menempelkan telurnya dan sesekali menata telur tersebut dan disusul induk jantan melakukan pembuahan. Induk yang baru pertama kali melakukan pemijahan biasanya jumlah telurnya masih sedikit dan akan terus meningkat pada priode pemijahan berikutnya. Untuk satu pasang induk yang produktif dapat melakukan pemijahan 3 kali sebulan dengan jumlah telur yang berpareasi yaitu sekitar ratusan sampai ribuan tergantung jenis, ukuran, pakan dan lingkungan serta kesehatan ikan.
7.   Penetasan telur
Telur biasanya menetas setelah masa pengeraman sekitar 5 atau 8 hari, tergantung jenis ikan, kualitas telur dan lingkungan. Menurut pengamatan yang dilakukan dilapangan, penetasan telur lebih efektif dilakukan dengan cara memindahkan telur beserta induknya ke wadah pemeliharaan larva sehari sebelum menetas dengan menggunakan keranjang yang diberi pelampung dan setelah menetas induk dan selternya dikembalikkan ketempat semula. Metode ini selain mudah dilakukan dapat memberikan HR dan SR yang bagus dimana induk tetap merawat telurnya dan larva dapat beradaptasi langsung dengan lingkungannya.
8.   Padat tebar larva
Karena  SRnya dapat mencapai 70-90% maka padat tebar larva sebainya tidak lebih dari 3 ekor perliter dimana pada saat larva mengalami perubahan warna dari hitam menjadi orange cenderung berkumpul dalam satu tempat sehingga terlihat sangat padat, disamping itu pada masa larva hanya mengandalkan pergantian air untuk menjaga kondisi kualitas air, dengan kepadatan larva yang tinggi  tentunya akan meningkatkan kecepatan penumpukan bahan organic yang dapat merusak kualitas air. Kepadatan dapat ditingkatkan apabila penanganan betul-betul dilakukan secara intensif. Untuk mengatur kepadatan larva maka jumlah telur dan jumlah induk harus disesuaikan dengan volume wadah yang digunakan.
9.   Penanganan larva
Pada tahap awal sebelum telur menetas menjadi larva, sebaiknya diberikan phytoplankton yang berfungsi selain mengatur penetrasi cahaya dalam air juga sebagai makanan rotifer. Setelah telur menetas maka diberikan rotifer (branchionus) dan dipertahankan kepadatannya yaitu sekitar 5 – 10 sel/ml air, pemberian rotifer dapat dilakukan 1 atau 2 kali sehari tergantung kepadatannya dan apabila melebihi dari itu maka dilakukan pergantian air karena kepadatan rotifer yang tinggi dapat merusak kualitas air dalam wada pemeliharaan.setelah larva memasuki umur 7 hari maka diberikan naupli artemia secukupnya namun rotifer tetap diberikan sampai semua larva dapat mengkonsumsi naupli artemia.
10.     Panen benih
a.  Benih dapat dipanen setelah mengalami perubahan warna dari hitam menjadi kemerahan atau sudah menyerupai ikan dewasa dengan lama pemeliharaan sekitar 12 hari
b.  Pemanenan harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan serok lalu diangkat dengan gayung bersama air dan ditampung diember yang diberi aerasi dengan tekanan rendah, setelah cukup padat kemudian dipindahkan ke  wadah pendederan. Benih yang diangkat tanpa bersama dengan air terkadang stress dan pingsan jadi sebaiknya benih tidah terlepas dari air.
11.     Penanganan benih di aquarium
a.    Padat tebar disesuaikan dengan kapasitas aquarium dan sistim sirkulasi airnya, padat tebar untuk sirkulasi air 24 jam dapat mencapai 3 sampai 12 ekor/liter air. kepadatan disesuaikan dengan ukuran benih.
b.    Pemberian pakan dilakukan 4 sampai 6 kali dengan jenis pakan yaitu pellet dan naupli artemia untuk benih yang berukuran lebih kecil dari 1 cm, kemudian selanjutnya dapat diberikan pellet sepenuhnya setelah melebihi dari ukuran itu. Ukuran pellet yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut benih.
c. Pengelolaan kualitas air dan lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan kotoran yang ada di dasar akuarium dengan menggunakan alat sipon atau selang serta melap kotoran yang menempel di dinding aquarium. Seminggu sekali dilakukan pencucian aquarium jika dianggap perlu.
d.  Grading dilakukan dengan tujuan untuk mengelompokkan benih yang berukuran sama sehingga tidak terjadi persaingan. Dengan mengelompokkan benih yang berukuran sama dalm satu wadah sangat membantu dalam pemberian pakan khususnya ukuran pakan dapat disesuai dengan bukaan mulut ikan.
e.   Penanggulangan penyakit dilakukan setiap satu atau dua minggu sekali dengan cara merendam benih ke dalam air tawar selama 5 sampai 10 menit dengan ukuran benih minimal 2 cm. tujuan dari perendaman ini adalah untuk melepaskan bibit-bibit parasite yang ada pada tubuh ikan.
f.   Pengobatan pada ikan yang sakit dengan menggunakan obat yang sesuai dengan jenis penyakitnya misalnya penyakit akibat bakteri maka diberikan antibiotic dan apabila parasite maka cukup menggunakan air tawar, akan tetapi waktu perendamannya harus disesuaikan dengan kemampuan ikan karena biasanya ikan yang sudah terlalu parah penyakitnya tidak begitu tahan terhadap air tawar oleh karena itu walaupun sebentar tapi dapat dilakukan 2 kali sehari. Sebaiknya ikan sakit dipisahkan di tempat tersendiri untuk mencegah penularan yang berkelanjutan. Ciri-ciri ikan clownfish yang sakit dapat dilihat dari pergerakannya yang kurang agresif, warnanya kusam, terdapat luka atau benjolan pada tubuh, bintik putih pada insang dan kotorannya berwarna putih.
12.     Panen/penjualan

 Panen untuk ikan hias nemo/clownfish dapat dilakukan setelah berukuran minimal  3,5 cm atau tergantung permintaan pasar dan ini dapat dicapai setelah  pemeliharaan 3 sampai 4 bulan. Harga untuk ikan ini berpareasi sesuai jenis dan  coraknya yaitu mulai dari Rp 3.500 sampai jutaan rupiah.



Platinum

Black Onyx
Picasso

No comments:

Post a Comment

Budidaya ikan hias blue devil

Budidaya ikan hias blue devil
Benih hasil budidaya

Budidaya Ikan Hias Clownfish

Budidaya Ikan Hias Clownfish
Benih ikan Clownfish

AMBON (17/7) - HASIL PEMBENIHAN IKAN HIAS. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta (kanan) didampingi Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menyaksikan hasil pembenihan ikan hias yang dilakukan para peneliti pada Balai Budidaya Laut Ambon saat Pencanangan Program Iptek Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku yang berlangsung di Ambon, Maluku, Selasa (17/7). FOTO ANTARA/Izaac Mulyawan/ed/nz/12. sumber: antarafoto.com

Text Widget

Blogroll

Blogger templates

Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Popular Posts