Monday, 21 January 2013

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN HIAS BLUE DEVIL (Chrysiptera cyanea)



TEKNOLOGI  BUDIDAYA
IKAN HIAS BLUE DEVIL  (Chrysiptera cyanea)

Oleh:
Abdul Gani










KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA LAUT AMBON
2 0 1 2




BUDIDAYA IKAN HIAS BLUE DEVIL  (Chrysiptera cyanea)

Abstrak

Blue devil Chrysiptera cyanea yang juga dikenal sebagai damselfish blue merupakn ikan hias air laut yang sangat digemari oleh masyarakat karena warnanya begitu cantik, agresif dan termasuk ikan rakus serta tahan terhadap perubahan lingkungan dan harganya relative terjangkau  sehingga ikan ini biasanya dijadikan sebagai ikan pemula dalam pemeliharaan diaquarium air laut bahkan, ikan ini merupakan ikan hias yang terlaris di Amerika Serikat. Walaupun ikan ini masih banyak ditemui di daerah karang namun lambat laun akan punah akibat penangkapan yang biasanya menggunakan potasium, untuk mengantisipasi hal ini perlu adanya pengembangan teknologi pembenihan dan budidaya ikan tersebut disamping itu ikan hias dari hasil budidaya mempunyai ketahanan yang cukup bagus ketimbang hasil tangkapan alam. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan dan memberikan informasi tentang teknologi budidaya ikan hias blue devil Chrysiptera cyanea sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan lapangan kerja, menjaga kelestarian ikan hias blue devil dan terumbu karang. Ikan ini dapat dibudidayakan secara massal dan mampu menghasilkan ribuan telur dan benih setiap hari.
Kata kunci : blue devil, pemeliharaan benih, SR


I.              PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
            Blue devil Chrysiptera cyanea yang juga dikenal sebagai damselfish blue. Ikan ini sangat agresif dan tahan banting, ukurannya biasa mencapai 7 cm. Blue devil merupakn ikan hias air laut yang sangat digemari oleh masyarakat karena warnanya begitu cantik, agresif dan termasuk ikan rakus serta tahan terhadap perubahan lingkungan dan harganya relatif terjangkau,  sehingga ikan ini biasanya dijadikan sebagai ikan pemula dalam pemeliharaan diaquarium air laut bahkan ikan ini merupakan ikan hias yang terlaris di Amerika Serikat. Blue devil ikan yang berbadan langsing, struktur badannya hampir mirip badan seekor ikan mujair. Seluruh tubuh ikan ini berwarna dominan biru cerah, terkadang disertai titik-titik putih. Pada ujung sirip punggung biasanya terdapat titik berwarna hitam letaknya dipangkal siripnya.
Sesuai dengan namanya  ikan ini dapat merubah warnanya dalam seketika disaat ikan ini merasa terancam, seringkali ikan ini terlihat berenang dengan cepat mengejar makanan atau hanya bermain-main dengan kawanannya. Meskipun bergerak amat gesit, umumnya ikan ini cenderung jarang mengganggu ikan ikan lain kecuali ada yang mendekati sarangnya. Blue devil  ditemui hampir disemua daerah karang berpasir, perbedaan jantan dan betina dapat dilihat dari postur tubuh, warna dan ukuran. Jantan kelihatan memanjang, bagian sirip ekor dan dada berwarna orange dan ukurannya lebih besar sedangkan betina kelihatan pendek dan agak bulat, bagian sirip ekor dan dada teransparan dan lebih kecil.
1.2. Tujuan
        Memberikan informasi tentang teknologi budidaya ikan hias blue devil (Chrysiptera cyanea)
1.2. Sasaran yang ingin dicapai
        Menciptakan lapangan kerja, menjaga kelestarian ikan hias blue devil dan terumbu karang 

              II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Blue Devil (Chrysiptera cyanea)
Blue devil merupakan hewan vertebrate (bertulang belakang) yang termasuk dalam filum Chodata.
Kingdom    :     Animalia
Fhylum      :     Chodata
Class         :     Actinopterygii
Family       :     Fomacentridae         
Genus        :    Chrysiptera
Speciaes   :    C. cyanea                                                                                              
Blue Devil ikan yang berbadan langsing, struktur badannya hampir mirip badan seekor ikan mujair. Seluruh tubuh ikan ini berwarna dominan biru cerah, terkadang di sertai titik- titik putih.            Blue devil Chrysiptera cyanea yang juga dikenal sebagai damselfish blue. Ikan ini sangat agresif dan tahan banting, ukurannya biasa sampai 7 cm. Damselfish (Keluarga famili Pomacentridae) terkenal di seluruh dunia, spesies yang terdaftar sudah mencapai 320 dan masih tumbuh   (Allen, 1991), tetapi setiap tahun beberapa spesies baru telah ditambahkan ke dalam daftar, dan sekarang spesies yang valid sudah mencapai 370 nomor, termasuk yang undescribed (John Randall, pers comm.., 2005). Ada begitu banyak damselfish berbadan biru dan beberapa diantaranya masi diidentifikasi dalam literatur populer baru-baru ini, tetapi iblis biru cukup jelas diwarnai dengan warna biru kehitaman, biru metalik. Kecerahan warna tergantung pada kekuatan cahaya. Habitat ikan blue devil atau iblis biru banyak ditemui di darah karang berpasir dan biasanya berkelompok.
            III. METODE
a. Persiapan Bak Induk
Wadah yang akan digunakan dicuci dengan menggunakan kaporit dan dibilas sampai bersih, kemudia dipasangkan beberapa titi aerasi sebagai pensuplai oksigen kedalam air. Pada bagian dasar bak diberikan beberapa buah selter berupah potongan pipa yang berfungsi sebagai sarang bagi induk atau tempat peletakan telur lalu diisi air laut dengan sistim sirkulasi Setelah semuanya terpenuhi baru dimasukkan 120 ekor ikan blue devil dengan perbandingan 40 jantan dan 80 betina atau 1:2.
b. Seleksi induk
Gambar: seblah atas jantan dan seblah bawah betina
Induk yang digunakan sebaiknya diseleksi terlebih dahulu baik dari segi kesehatan, ukuran, warna maupun bentuk tubuhnya yang harus lengkap dan tidak cacat.  Untuk jantan sebaiknya berukuran 6 – 7cm dan betina berukuran 4,5 – 5,5 cm, adapun cirri-ciri sebagai berikut: Jantan ukurannya lebih besar dari betina, bentuk memanjang, biru menyalah dan bagian dada dan sirip ekor berwarna orange sedangkan betina ukurannya lebih kecil, agak bulat dan biru polos.
c. Penanganan Induk
Dalam menangani induk perlu ketekunan dan ketelitian terutama dalam pemberian pakan dan pegontrolan terhadap kesehatannya. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan, ikan rucah maupun pakan hidup berupa artemia, udang renik, jentik nyamuk atau pakan hidup lainnya yang sesuai dengan bukaan mulutnya. Frekwensi pemberian pakan sebaiknya 3 kali sehari dan diberikan sampai kenyang.
d. Panen larva
Larva yang  menetas pada malam hari maka panenpun dilakukan pada malam  hari, karena jika tidak segera dipanen larva tersebut habis dimakan oleh induk  pada saat matahari terbit. Metode panen yang dilakukan adalah menyedot langsung larva yang terkumpul oleh cahaya lampu dengan menggunakan selang ke bak larva pada malam hari. selama 2 sampai 4 malam panen dalam setiap bak larva tergantung kepadatan larva yang dihasilkan di bak induk.
e. Pemeliharaan larva
Keberhasilan dalam pemeliharaan larva sangat tergantung dari penanganannya dan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah; 1.) menjaga kestabilan suhu dalam wadah pemeliharaan dengan memberikan penutup berupa plastic transparan pada bagian atas bak pemeliharaan, 2.) Pengaturan jumlah dan tekanan arasi yang merupakan pensuplai oksigen kedalam air dimana tekanan aerasi harus disesuaikan dengan kebutuhan oksigen dan daya gerak larva, 3.) pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhannya baik dari segi kualitas, ukuran pakan, frekwensi pemberian pakan, dosis pakan, jenis pakan yang intinya dapat meningkatkan SR dan pertumbuhan namun tidak merusak kualitas air dalam wadah pemeliharaan.
f. Pemberian pakan pada larva
Larva yang berumur 1 hari diberikan pakan alami berupa Clorella sp sebanyak 5 sampai 7 % dari volume air dalam bak dan rotifer dengan kepadatan 10 sel per milli liter sampai larva berumur 20 hari. Setelah larva berumur 15 hari baru diberikan naupli artemia dengan kepadatan 2 sampai 5 ekor per milli liter air dalam bak, tergantung kepadatan larva dalam bak,  khusus pakan pellet (pakan buatan) diberikan pada larva yang berumur 1 hari sampai larva dipanen dan ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Untuk menjaga agar kualitas air dalam wadak pemeliharaan tetap stabil maka dilakukan penyiponan pada saat larva berumur 20 hari guna membersihkan kotoran yang mengendap didasar. Setelah larva berumur 30 – 40 hari maka akan berubah warna dari hitam menjadi biru dan siap dipindahkan ke wadah pembesaran
g. Budidaya ( Pembesaran) 
Benih yang keluar dari bak larva dibesarkan di bak fiber yang bervolume 2 sampai 3 ton dengan menggunakan sistim air mengalir selama 24 jam. Pakan diberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari berupa pakan artemia dan pakan pellet. Pakan harus disesuaikan dengan bukaan mulut ikan yang dipelihara dan untuk membersihkan kotoran yang ada di dasar bak maka penyiponan dilakukan setiap selesai pemberian pakan. Panen dilakukan setelah ikan berumur 5 sampai 6 bulan, untuk masalah ukuran dan jumlah disesuaikan dengan permintaan pasar. 

h. Gambar hasil Kegiatan












Bak induk yang dilenkapi dengan lampu untuk panen larva




Gambar telur di mikroskop




Benih umur 3 bulan







 




    Gambar larva di mikroskop         


IV. KEISIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Ø  Budidaya ikan hias blue devil dapat dilakukan secara massal dengan perbandingan induk 1:2 ( 1 jantan dan 2 betina)
Ø  Dengan induk 120 ekor dapat menghasilkan larva hamper setia malam
Ø  Masa pmeliharaan larva berkisar 40 hari
Ø  Untuk mencapai ukuran pasar dapat ditempuh dengan lama pemeliharaan yaitu 5-6 bulan
4.2. Saran
Ø  Teknologi budidaya ikan hias blue devil pelrlu ditingkatkan dan dipublikasikan guna membuka lapangan kerja sehingga hasil budidaya dapat menyaingi hasil tangkapan alam.

DAFTAR PUSTAKA
Burgess, W. et all., 1990. Atlas of Marine Aquarium Fishes, Second Edition. TFH Publication. Sidney-Australia
Emmens, C.W., 1988. Marine Fishes and Invertebrates in Your Own Home. TFH Publications. Sydney-Australia
Richard, B., Rickajzen, S., Barker, J. 2007. Ocean, Revealing The Secrets of The Deep. Atlantic Publishing. UK. Pg 210
www.freshmarine.com
www.wikipedia.com











No comments:

Post a Comment

Budidaya ikan hias blue devil

Budidaya ikan hias blue devil
Benih hasil budidaya

Budidaya Ikan Hias Clownfish

Budidaya Ikan Hias Clownfish
Benih ikan Clownfish

AMBON (17/7) - HASIL PEMBENIHAN IKAN HIAS. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta (kanan) didampingi Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menyaksikan hasil pembenihan ikan hias yang dilakukan para peneliti pada Balai Budidaya Laut Ambon saat Pencanangan Program Iptek Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku yang berlangsung di Ambon, Maluku, Selasa (17/7). FOTO ANTARA/Izaac Mulyawan/ed/nz/12. sumber: antarafoto.com

Text Widget

Blogroll

Blogger templates

Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Popular Posts