TEKNOLOGI BUDIDAYA
IKAN HIAS BLUE DEVIL (Chrysiptera cyanea)
Oleh:
Abdul Gani
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA LAUT AMBON
2 0 1 2
BUDIDAYA IKAN HIAS BLUE DEVIL (Chrysiptera cyanea)
Abstrak
Blue devil Chrysiptera cyanea
yang juga dikenal sebagai damselfish blue merupakn ikan hias air laut yang
sangat digemari oleh masyarakat karena warnanya begitu cantik, agresif dan
termasuk ikan rakus serta tahan terhadap perubahan lingkungan dan harganya
relative terjangkau sehingga ikan ini
biasanya dijadikan sebagai ikan pemula dalam pemeliharaan diaquarium air laut bahkan, ikan ini merupakan ikan hias yang terlaris di Amerika Serikat.
Walaupun ikan ini masih banyak ditemui di daerah karang
namun lambat laun akan punah akibat penangkapan yang biasanya menggunakan
potasium, untuk mengantisipasi hal ini perlu adanya pengembangan teknologi
pembenihan dan budidaya ikan tersebut disamping itu ikan hias dari hasil budidaya mempunyai ketahanan yang cukup bagus
ketimbang hasil tangkapan alam. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mendapatkan dan memberikan informasi tentang teknologi budidaya ikan hias blue
devil Chrysiptera cyanea sedangkan
sasaran yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan lapangan kerja, menjaga
kelestarian ikan hias blue devil dan terumbu karang. Ikan ini dapat
dibudidayakan secara massal dan mampu menghasilkan ribuan telur dan benih
setiap hari.
Kata kunci : blue devil, pemeliharaan benih, SR
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Blue devil Chrysiptera cyanea yang juga dikenal sebagai damselfish
blue. Ikan ini sangat agresif dan tahan banting, ukurannya
biasa mencapai 7 cm. Blue devil merupakn ikan hias air laut yang sangat
digemari oleh masyarakat karena warnanya begitu cantik, agresif dan termasuk
ikan rakus serta tahan terhadap perubahan lingkungan dan harganya relatif
terjangkau, sehingga ikan ini biasanya
dijadikan sebagai ikan pemula dalam pemeliharaan diaquarium air laut bahkan
ikan ini merupakan ikan hias yang terlaris di Amerika Serikat. Blue devil ikan yang berbadan
langsing, struktur badannya hampir mirip badan seekor ikan mujair. Seluruh
tubuh ikan ini berwarna dominan biru cerah, terkadang disertai titik-titik
putih. Pada ujung sirip punggung biasanya terdapat titik berwarna hitam
letaknya dipangkal siripnya.
Sesuai dengan namanya
ikan ini dapat merubah warnanya dalam seketika disaat ikan ini merasa
terancam, seringkali ikan ini terlihat berenang dengan cepat mengejar makanan
atau hanya bermain-main dengan kawanannya. Meskipun bergerak amat gesit,
umumnya ikan ini cenderung jarang mengganggu ikan ikan lain kecuali ada yang
mendekati sarangnya. Blue devil ditemui
hampir disemua daerah karang berpasir, perbedaan jantan dan betina dapat
dilihat dari postur tubuh, warna dan ukuran. Jantan kelihatan memanjang, bagian
sirip ekor dan dada berwarna orange dan ukurannya lebih besar sedangkan betina
kelihatan pendek dan agak bulat, bagian sirip ekor dan dada teransparan dan
lebih kecil.
1.2.
Tujuan
Memberikan informasi tentang teknologi budidaya ikan hias blue devil (Chrysiptera cyanea)
1.2.
Sasaran yang ingin dicapai
Menciptakan lapangan kerja, menjaga
kelestarian ikan hias blue devil dan terumbu karang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Blue Devil (Chrysiptera cyanea)
Blue
devil merupakan hewan vertebrate (bertulang belakang) yang termasuk dalam filum
Chodata.
Kingdom :
Animalia
Fhylum
: Chodata
Class :
Actinopterygii
Family
: Fomacentridae
Genus : Chrysiptera
Speciaes : C. cyanea
Blue
Devil ikan yang berbadan langsing, struktur badannya hampir mirip badan seekor
ikan mujair. Seluruh tubuh ikan ini berwarna dominan biru cerah, terkadang di
sertai titik- titik putih. Blue
devil Chrysiptera cyanea yang juga dikenal sebagai damselfish blue. Ikan ini sangat agresif dan tahan banting, ukurannya biasa
sampai 7 cm. Damselfish (Keluarga famili Pomacentridae) terkenal di seluruh
dunia, spesies yang terdaftar sudah mencapai 320 dan masih tumbuh (Allen, 1991), tetapi setiap tahun beberapa
spesies baru telah ditambahkan ke dalam daftar, dan sekarang spesies yang valid
sudah mencapai 370 nomor, termasuk yang undescribed (John Randall, pers comm..,
2005). Ada begitu banyak damselfish berbadan biru dan beberapa diantaranya masi
diidentifikasi dalam literatur populer baru-baru ini, tetapi iblis biru cukup
jelas diwarnai dengan warna biru kehitaman, biru metalik. Kecerahan warna tergantung
pada kekuatan cahaya. Habitat ikan blue devil atau iblis biru banyak ditemui di
darah karang berpasir dan biasanya berkelompok.
III. METODE
a.
Persiapan Bak Induk
Wadah yang akan
digunakan dicuci dengan menggunakan kaporit dan dibilas sampai bersih, kemudia
dipasangkan beberapa titi aerasi sebagai pensuplai oksigen kedalam air. Pada
bagian dasar bak diberikan beberapa buah selter berupah potongan pipa yang
berfungsi sebagai sarang bagi induk atau tempat peletakan telur lalu diisi air
laut dengan sistim sirkulasi Setelah semuanya terpenuhi baru dimasukkan 120
ekor ikan blue devil dengan perbandingan 40 jantan dan 80 betina atau 1:2.
b.
Seleksi induk
Gambar: seblah atas jantan dan seblah bawah betina |
c.
Penanganan Induk
Dalam menangani induk
perlu ketekunan dan ketelitian terutama dalam pemberian pakan dan pegontrolan
terhadap kesehatannya. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan, ikan rucah
maupun pakan hidup berupa artemia, udang renik, jentik nyamuk atau pakan hidup
lainnya yang sesuai dengan bukaan mulutnya. Frekwensi pemberian pakan sebaiknya
3 kali sehari dan diberikan sampai kenyang.
d.
Panen larva
Larva yang menetas pada malam hari maka panenpun
dilakukan pada malam hari, karena jika
tidak segera dipanen larva tersebut habis dimakan oleh induk pada saat matahari terbit. Metode panen yang
dilakukan adalah menyedot langsung larva yang terkumpul oleh cahaya lampu
dengan menggunakan selang ke bak larva pada malam hari. selama 2 sampai 4 malam
panen dalam setiap bak larva tergantung kepadatan larva yang dihasilkan di bak
induk.
e.
Pemeliharaan larva
Keberhasilan dalam
pemeliharaan larva sangat tergantung dari penanganannya dan hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah; 1.) menjaga kestabilan suhu dalam wadah pemeliharaan
dengan memberikan penutup berupa plastic transparan pada bagian atas bak
pemeliharaan, 2.) Pengaturan jumlah dan tekanan arasi yang merupakan pensuplai
oksigen kedalam air dimana tekanan aerasi harus disesuaikan dengan kebutuhan
oksigen dan daya gerak larva, 3.) pakan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhannya baik dari segi kualitas, ukuran pakan, frekwensi pemberian pakan,
dosis pakan, jenis pakan yang intinya dapat meningkatkan SR dan pertumbuhan
namun tidak merusak kualitas air dalam wadah pemeliharaan.
f.
Pemberian pakan pada larva
Larva yang berumur 1
hari diberikan pakan alami berupa Clorella sp sebanyak 5 sampai 7 % dari volume
air dalam bak dan rotifer dengan kepadatan 10 sel per milli liter sampai larva
berumur 20 hari. Setelah larva berumur 15 hari baru diberikan naupli artemia dengan
kepadatan 2 sampai 5 ekor per milli liter air dalam bak, tergantung kepadatan
larva dalam bak, khusus pakan pellet
(pakan buatan) diberikan pada larva yang berumur 1 hari sampai larva dipanen
dan ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Untuk menjaga agar kualitas
air dalam wadak pemeliharaan tetap stabil maka dilakukan penyiponan pada saat
larva berumur 20 hari guna membersihkan kotoran yang mengendap didasar. Setelah
larva berumur 30 – 40 hari maka akan berubah warna dari hitam menjadi biru dan
siap dipindahkan ke wadah pembesaran
g.
Budidaya ( Pembesaran)
Benih yang keluar
dari bak larva dibesarkan di bak fiber yang bervolume 2 sampai 3 ton dengan
menggunakan sistim air mengalir selama 24 jam. Pakan diberikan 3 kali sehari
yaitu pagi, siang dan sore hari berupa pakan artemia dan pakan pellet. Pakan
harus disesuaikan dengan bukaan mulut ikan yang dipelihara dan untuk
membersihkan kotoran yang ada di dasar bak maka penyiponan dilakukan setiap selesai
pemberian pakan. Panen dilakukan setelah ikan berumur 5 sampai 6 bulan, untuk
masalah ukuran dan jumlah disesuaikan dengan permintaan pasar.
h. Gambar hasil Kegiatan
h. Gambar hasil Kegiatan
Bak induk yang dilenkapi dengan lampu untuk panen larva |
Gambar telur di mikroskop |
Benih umur 3 bulan |
4.1.
Kesimpulan
Ø Budidaya
ikan hias blue devil dapat dilakukan secara massal dengan perbandingan induk
1:2 ( 1 jantan dan 2 betina)
Ø Dengan
induk 120 ekor dapat menghasilkan larva hamper setia malam
Ø Masa
pmeliharaan larva berkisar 40 hari
Ø Untuk
mencapai ukuran pasar dapat ditempuh dengan lama pemeliharaan yaitu 5-6 bulan
Ø Teknologi
budidaya ikan hias blue devil pelrlu ditingkatkan dan dipublikasikan guna
membuka lapangan kerja sehingga hasil budidaya dapat menyaingi hasil tangkapan
alam.
DAFTAR PUSTAKA
Burgess, W. et all., 1990. Atlas of Marine Aquarium
Fishes, Second Edition. TFH Publication. Sidney-Australia
Emmens, C.W., 1988. Marine Fishes and Invertebrates in
Your Own Home. TFH Publications. Sydney-Australia
Richard, B., Rickajzen, S., Barker, J. 2007. Ocean,
Revealing The Secrets of The Deep. Atlantic Publishing. UK. Pg 210
www.freshmarine.com
www.wikipedia.com
No comments:
Post a Comment