Breeding Clownfish
1.
Pemilihan lokasi
Sebelum memulai usaha ada
beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi antara lain:
a. Dekat dengan sumber air dan bebas
dari bahan pencemaran
b. Luasan lokasi harus diperhitungkan
demi pengembangan usaha
c. Transportasi harus diperhitungkan
baik akses maupun jarak tempuh
d. Terjangkau oleh PLN
2.
Persiapan sarana dan prasarana
Setelah didapatkan lokasi
yang tepat maka persiapan sarana dan perasarana harus disesuaikan dengan kebutuhan
produksi
3.
Pemilihan calon induk
Sebelum dijadikan induk
sebaiknya diperhitungkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
a. Jenis
Clownfish terdapat beberapa spesies dan masing-masing spesies mempunyai daya tarik tersendiri akan tetapi
dalam memilih calon induk sebaiknya memilih jenis yang laris di pasaran dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
b. Ukuran
Apabila induk yang
digunakan adalah hasil budidaya maka yang dipilih adalah yang terbesar dari
generasinya sehingga dapat mewariskan pertumbuhan yang baik terhadap benih yang
dihasilkan dan apabila dari hasil tangkapan
alam maka yang dipilih juga sebaiknya yang berukuran besar sehingga selain
mempercepat proses produksi juga dapat
menghasilkan telur yang banyak.
c. Corak dan warna
Salah satu keutamaan clownfish
adalah dapat menghasilkan corak dan warna yang unik sehingga dapat memberikan
nilai jual yang sangat tinggi oleh karena itu kita harus memilih induk yang
mempunyai corak dan warna yang digemari oleh pasar seperti Picasso, platinum,
sowflake dan jenis-jenis lainnya yang menarik.
d. Pertumbuhan
Karena ikan ini memiliki
jenis yang cukup banyak dan sulit dijelaskan satu-persatu tentang
pertumbuhannya akan tetapi beberapa jenis clownfish memiliki pertumbuhan yang
cepat seperti clarki yang dapat mencapai ukuran 5 cm setelah berumur 2 – 3
bulan dan ukuran ini sudah dapat dipasarkan.
4.
Perjodohan
Menurut pengamatan, cara
terbaik untuk melakukan perjodohan adalah menempatkan satu pasang ikan kedalam
satu wadah/akuarium dengan catatan memilih induk betina yang lebih besar dan
memilih induk jantan sekitar ¾ dari ukuran betina (ukuran jantan lebih kecil
dari betina) kemudian ditempatkan bersama-sama dalam satu wadah yang sudah
dilengkapi selter yang akan dijadikan
sarang dan sebaiknya dilengkapi dengan anemone yang merupakan habitatnya. apabila tidak terjadi kecocokan maka salah satu induk diganti. metode ini juga dapat dilakukan untuk perkawinan silang (hybrid).
5.
Penanganan induk
a. Untuk mempercepat proses kematangan
gonad sebaiknya dilakukan pemberian pakan minimal 3 kali sehari dengan pakan
yang berkualitas serta diselingi dengan pakan alami seperti artemia dewasa dan
cacing renik, dengan pemberian pakan yang baik induk dapat menghasilkan telur
yang banyak dan berkualitas.
b. Setiap hari dilakukan penyiponan
kotoran yang ada pada dasar wadah dan penbersihan wadah dari kotoran yang
menempel dilakukan seminggu sekali atau sesuai kondisi lingkungan.
c. Pengontrolon kondisi induk dan
pencegahan terhadap serangan penyakit dilakukan dengan cara perendaman air tawar selama 5
– 10 menit dan dilakukan seminggu atau 2 minggu sekali.
6.
Pemijahan
Pemijahan biasanya
terjadi pada siang hari atau sore hari ditandai dengan keagresifan induk
membersihkan sarangnya dan tanda yang lain dapat terlihat dari induk betina
pada bagian dubur atau saluran telur yang menonjol keluar. Pada saat pemijahan
terlihat induk betina menempelkan telurnya dan sesekali menata telur tersebut
dan disusul induk jantan melakukan pembuahan. Induk yang baru pertama kali
melakukan pemijahan biasanya jumlah telurnya masih sedikit dan akan terus
meningkat pada priode pemijahan berikutnya. Untuk satu pasang induk yang
produktif dapat melakukan pemijahan 3 kali sebulan dengan jumlah telur yang
berpareasi yaitu sekitar ratusan sampai ribuan tergantung jenis, ukuran, pakan
dan lingkungan serta kesehatan ikan.
7.
Penetasan telur
Telur biasanya menetas
setelah masa pengeraman sekitar 5 atau 8 hari, tergantung jenis ikan, kualitas
telur dan lingkungan. Menurut pengamatan yang dilakukan dilapangan, penetasan
telur lebih efektif dilakukan dengan cara memindahkan telur beserta induknya ke
wadah pemeliharaan larva sehari sebelum menetas dengan menggunakan keranjang
yang diberi pelampung dan setelah menetas induk dan selternya dikembalikkan
ketempat semula. Metode ini selain mudah dilakukan dapat memberikan HR dan SR
yang bagus dimana induk tetap merawat telurnya dan larva dapat beradaptasi langsung dengan lingkungannya.
8.
Padat tebar larva
Karena SRnya dapat mencapai 70-90% maka padat tebar
larva sebainya tidak lebih dari 3 ekor perliter dimana pada saat larva
mengalami perubahan warna dari hitam menjadi orange cenderung berkumpul dalam
satu tempat sehingga terlihat sangat padat, disamping itu pada masa larva hanya
mengandalkan pergantian air untuk menjaga kondisi kualitas air, dengan kepadatan
larva yang tinggi tentunya akan
meningkatkan kecepatan penumpukan bahan organic yang dapat merusak kualitas
air. Kepadatan dapat ditingkatkan apabila penanganan betul-betul dilakukan
secara intensif. Untuk mengatur kepadatan larva maka jumlah telur dan jumlah
induk harus disesuaikan dengan volume wadah yang digunakan.
9.
Penanganan larva
Pada tahap awal sebelum
telur menetas menjadi larva, sebaiknya diberikan phytoplankton yang berfungsi
selain mengatur penetrasi cahaya dalam air juga sebagai makanan rotifer.
Setelah telur menetas maka diberikan rotifer (branchionus) dan dipertahankan
kepadatannya yaitu sekitar 5 – 10 sel/ml air, pemberian rotifer dapat dilakukan
1 atau 2 kali sehari tergantung kepadatannya dan apabila melebihi dari itu maka
dilakukan pergantian air karena kepadatan rotifer yang tinggi dapat merusak
kualitas air dalam wada pemeliharaan.setelah larva memasuki umur 7 hari maka diberikan naupli artemia secukupnya namun rotifer tetap diberikan sampai semua larva dapat mengkonsumsi naupli artemia.
10.
Panen benih
a. Benih dapat dipanen setelah mengalami
perubahan warna dari hitam menjadi kemerahan atau sudah menyerupai ikan dewasa
dengan lama pemeliharaan sekitar 12 hari
b. Pemanenan harus dilakukan secara
hati-hati dengan menggunakan serok lalu diangkat dengan gayung bersama air dan
ditampung diember yang diberi aerasi dengan tekanan rendah, setelah cukup padat
kemudian dipindahkan ke wadah pendederan.
Benih yang diangkat tanpa bersama dengan air terkadang stress dan pingsan jadi
sebaiknya benih tidah terlepas dari air.
11.
Penanganan benih di aquarium
a. Padat tebar disesuaikan dengan
kapasitas aquarium dan sistim sirkulasi airnya, padat tebar untuk sirkulasi air
24 jam dapat mencapai 3 sampai 12 ekor/liter air. kepadatan disesuaikan
dengan ukuran benih.
b. Pemberian pakan dilakukan 4 sampai 6
kali dengan jenis pakan yaitu pellet dan naupli artemia untuk benih yang berukuran
lebih kecil dari 1 cm, kemudian selanjutnya dapat diberikan pellet sepenuhnya
setelah melebihi dari ukuran itu. Ukuran pellet yang diberikan disesuaikan
dengan bukaan mulut benih.
c. Pengelolaan kualitas air dan
lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan kotoran yang ada di dasar
akuarium dengan menggunakan alat sipon atau selang serta melap kotoran yang
menempel di dinding aquarium. Seminggu sekali dilakukan pencucian aquarium jika
dianggap perlu.
d. Grading dilakukan dengan tujuan untuk
mengelompokkan benih yang berukuran sama sehingga tidak terjadi persaingan.
Dengan mengelompokkan benih yang berukuran sama dalm satu wadah sangat membantu
dalam pemberian pakan khususnya ukuran pakan dapat disesuai dengan bukaan mulut ikan.
e. Penanggulangan penyakit dilakukan setiap
satu atau dua minggu sekali dengan cara merendam benih ke dalam air tawar
selama 5 sampai 10 menit dengan ukuran benih minimal 2 cm. tujuan dari
perendaman ini adalah untuk melepaskan bibit-bibit parasite yang ada pada tubuh
ikan.
f. Pengobatan
pada ikan yang sakit dengan menggunakan obat yang sesuai dengan jenis
penyakitnya misalnya penyakit akibat bakteri maka diberikan antibiotic dan
apabila parasite maka cukup menggunakan air tawar, akan tetapi waktu
perendamannya harus disesuaikan dengan kemampuan ikan karena biasanya ikan yang
sudah terlalu parah penyakitnya tidak begitu tahan terhadap air tawar oleh
karena itu walaupun sebentar tapi dapat dilakukan 2 kali sehari. Sebaiknya ikan
sakit dipisahkan di tempat tersendiri untuk mencegah penularan yang
berkelanjutan. Ciri-ciri ikan clownfish yang sakit dapat dilihat dari pergerakannya
yang kurang agresif, warnanya kusam, terdapat luka atau benjolan pada tubuh,
bintik putih pada insang dan kotorannya berwarna putih.
12.
Panen/penjualan